http://www.indikator.co.id/uploads/20140406183728.upload_rilis_rize.jpg


Latar Belakang

Tiga kali Pemilu menghasilkan tingkat partisipasi yang terus merosot. Tiga kali Pemilu juga menghasilkan tiga partai berbeda yang mendapat suara terbanyak (PDIP 1999, Golkar 2004, dan Demokrat 2009); juga menghasilkan jumlah partai yang semakin banyak yang punya suara di atas 3%: 5 partai pada 1999, 7 partai pada 2004, dan 9 partai pada 2009. Ini semua mengindikasikan bahwa pilihan terhadap partai politik sangat dinamis dan tidak stabil. Akibatnya, pilihan terhadap partai sangat ditentukan oleh figur atau tokoh yang memiliki magnet elektoral kuat dalam menaikkan elektabilitas partai (Liddle and Mujani 2007).
Benarkah sosok tokoh memiliki pengaruh elektoral terhadap dukungan partai-partai? Bagaimanakah dengan efek kampanye terbuka dalam menaikkan suara partai?
Dua hari sebelum jadwal kampanye terbuka dimulai, Jokowi ditetapkan sebagai calon presiden. Karena itu, pengaruh Jokowi sebagai tokoh bisa dihitung dengan membandingkan perolehan suara partai sebelum dan sesudah jadwal kampanye, dan sebelum dan sesudah penetapan Jokowi sebagai calon presiden (capres).
Indikator bekerjasama dengan Majalah Tempo telah melakukan dua survei nasional yang dilakukan sebelum dan setelah jadwal kampanye dan pencapresan Jokowi.
Metodologi Survei
•Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
•Survei sebelum kampanye: 28 Februari – 10 Maret 2014 dengan Sampel 2050 responden; margin of error ±2.2% pada tingkat kepercayaan 95%.
•Survei sesudah kampanye: 18 – 24 Maret 2014. Jumlah sampel sebanyak 1.220 responden. Berdasar jumlah sampel ini diperkirakan margin of error ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%.
•Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden.
•Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
Temuan Survei
Grafik Intensi Memilih dalam Pemilu Legislatif 2014
•Partisipasi pemilih dalam beberapa pemilu legislatif di Indonesia sejak 1955-2009 (tidak termasuk pada masa Orde Baru) secara umum tergolong tinggi, 70% ke atas.
•Tertinggi pada Pileg 1999, mencapai 93%. Pileg 1999 adalah pileg pertama yang dilakukan secara demokratis setelah jatuhnya rezim Orde Baru.
•Menjelang 2014, intensi memilih berdasar survei nasional pada Juli 2013, Desember 2013, Januari 2014, Februari-Maret 2014 dan Maret 2014, menunjukkan angka yang bervariasi. Tertinggi pada Januari 2014 mencapai 93%. Mendekati April 2014, tren intensi memilih justru menurun.
•Pada survei Maret 2014, intensi untuk memilih menurun. Sebanyak 76% calon pemilih menjawab “pasti ikut memilih” jika Pemilu anggota DPR diadakan hari ini. Masih ada yang tidak pasti atau “mungkin ikut memilih”
Elektabilitas Partai-Partai Sebelum dan Sesudah Kampanye
 
Grafik Elektabilitas Partai dalam Survei 18-24 Maret 2014
Temuan
•Di antara waktu pelaksanaan dua survei terakhir Indikator terdapat dua kejadian yang sangat penting, yaitu: tanggal 14 Maret 2014, Jokowi secara resmi diumumkan menjadi capres dari PDIP, dan tanggal 16 Maret dimulainya kampanye terbuka pemilu legislatif 2014.
•Kedua kejadian ini mempengaruhi dukungan kepada partai. Dari dua survei di atas, yang dilakukan sebelum dan sesudah kejadian ada partai yang mengalami peningkatan, penurunan atau justru tidak mengalami perubahan berarti.
•Di antara partai yang peningkatan PDIP adalah partai yang mengalami peningkatan paling tinggi. PDIP mampu menarik lebih banyak pemilih yang sebelumnya masih mengambang. PDIP juga diperkirakan mampu menarik pemilih partai lain.
•Partai lain yang mengalami kenaikan cukup besar adalah PKB, sebesar 2%. Sementara perubahan dukungan kepada partai lain di bawah 2%.
•Jika pemilu diadakan saat survei, PDIP mendapat dukungan tertinggi. Naik sekitar 7.9%, dari 16.6% pada survei Februari-Maret 2014 menjadi 24.5% pada survei Maret 2014. Sementara pemilih mengambang turun sekitar 13%, dari 25% menjadi 12%. Artinya jika semua kenaikan suara PDIP berasal dari pemilih mengambang ini, PDIP mengambil lebih dari setengahnya.
•Pertanyaannya, apa penyebab utama kenaikan PDIP yang cukup besar ini? Apakah faktor pencapresan Jokowi atau kampanye terbuka PDIP?
Dukungan Pada Tokoh Partai dan Bakal Calon Presiden
Temuan
•Jika pemilihan presiden dilakukan saat survei Jokowi mendapat dukungan paling tinggi.
•Dukungan kepada Jokowi setelah pengumuman pencapresannya juga mengalami peningkatan paling tinggi dibanding calon presiden lain.
•Pada simulasi semi terbuka survei 28 Feb-10 Maret 2014 Jokowi didukung 30%, naik sekitar 12.8% pada survei 18-24 Maret menjadi 42.8%.
•Bahkan Jokowi berpeluang menang satu putaran jika yang bertarung hanya dia, Aburizal Bakri dan Prabowo Subianto. Pada simulasi ini, Jokowi sudah mengumpulkan dukungan lebih dari 50%.

Efek Kampanye Versus Efek Calon Presiden

Temuan
•PDIP menjadi partai yang mengalami kenaikan dukungan paling tinggi setelah kampanye terbuka resmi dimulai. Demokrat, PKB, NasDem dan PKS mengalami kenaikan, tapi tidak terlalu signifikan.
•Dukungan kepada PDIP tampak terkait erat dengan Jokowi, jika Jokowi turun, PDIP turun, pun sebaliknya, jika Jokowi naik, PDIP juga naik.
•Yang menarik, dukungan kepada Jokowi, mulai survei Oktober 2013 selalu lebih tinggi dibanding dukungan kepada PDIP.
•Hal yang sama juga terjadi pada Prabowo yang dukungan kepadanya selalu lebih tinggi dari dukungan kepada Gerindra.
•Sebaliknya terjadi pada Aburizal yang dukungannya justru selalu lebih rendah dibanding dukungan kepada Golkar.
Kesimpulan
•Di antara waktu pelaksanaan dua survei terakhir Indikator terdapat dua kejadian yang sangat penting, yaitu: tanggal 14 Maret 2014, Jokowi secara resmi diumumkan menjadi capres dari PDIP, dan tanggal 16 Maret 2014 tanda dimulainya kampanye terbuka pemilu legislatif 2014.
•Survei pertama dilakukan sebelum penetapan Jokowi sebagai capres dan pelaksanaan kampanye. Sedangkan survei kedua dilakukan setelah dua kejadian tersebut dimulai.
•Kedua kejadian ini mempengaruhi dukungan kepada partai. Dari dua survei di atas, yang dilakukan sebelum dan sesudah kejadian ada partai yang mengalami peningkatan, penurunan atau justru tidak mengalami perubahan berarti.
•Jika dibandingkan dengan survei sebelumnya (survei sebelum masa kampanye dan penetapan Jokowi sebagai capres), kenaikan elektabilitas Jokowi jauh lebih tajam (13%) ketimbang kenaikan elektabilitas PDIP (8%).
•Hal ini salah satunya disebabkan oleh temuan yang menunjukkan hampir sepertiga pemilih belum tahu Jokowi sudah dicapreskan.
•Elektabilitas PDIP lebih kuat secara signifikan di kalangan pemilih yang tahu penetapan Jokowi sebagai capres.
•Ketika survei ini dijalankan, informasi terkait pencapresan Jokowi baru sampai ke publik melalui berita di media. Sementara sosialisasi melalui iklan televisi yang menampilkan Jokowi sebagai capres PDIP pada saat itu belum dimulai.
•Sebagai penutup, efek kampanye hanya terlihat di beberapa partai, namun tidak terlalu signifikan. Sementara itu efek Jokowi terhadap PDIP, meskipun lebih signifikan dibandingkan efek kampanye, tapi tidaklah setinggi seperti yang diduga banyak kalangan.
=========================================================================
Unduh laporan lengkapnya di bawah ini:

»  Download File